Mataram, Universitas Mataram – Densus 88 AT NTB bersama Universitas Mataram (Unram) menggelar kuliah umum yang bertemakan “Membangun Sinergitas Guna Mencegah Penyebaran Paham Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Generasi Muda” yang bertempat di Gedung Dome Unram pada hari Minggu (10/12).
Rektor Unram yang diwakilkan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Sujita, S.T., M.T., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan mengapresiasi kedatangan mahasiswa yang tetap semangat untuk hadir pada Minggu pagi guna meningkatkan rasa ingin tahunya dalam menimba ilmu.
Adapun narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. M. Najih Arromadloni, M.Ag., Sekertaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI Pusat); Dr. Wachid Ridwan, MA., Pengurus LHKI (Lembaga Hukum dan Kerjasama Internasional) Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Bahrudin Ahmad, Eks Narapidana Terorisme.
Dr. Sujita menyampaikan bahwa intelektual jangan sampai terjebak pada teori pengembangan yang ada di buku maupun yang beredar di internet saja tetapi kita harus mengkaji lebih dalam lagi dengan para ulama yang lebih tinggi sehingga kita tidak terjebak dan salah kaprah tentang informasi-informasi yang didapatkan.
Beliau menghimbau kepada mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang sangat penting ini sampai selesai dan berharap semoga acara ini dapat berjalan dengan lancar dan bisa memberikan manfaat kepada mahasiswa.
Kasatgaswil NTB Densus 88 AT Polri Komisari Besar Polisi, Bogiek Sugiyarto, SH., SIK., MH., mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang mendalam kepada Rektor Unram yang telah memfasilitasi kegiatan ini, sehingga nanti akan ada vaksin ideologi yang kita dapatkan pasca kegiatan yang sangat bermanfaat ini serta kepada Civitas Akademika Unram yang telah menyelenggarakan kegiatan Dialog Kebangsaan dan kepada ketiga narasumber yang saat ini bisa menyempatkan hadir dalam kegiatan ini.
Beliau menuturkan bahwa pada kurang lebih satu bulan yang lalu Densus 88 wilayah NTB melakukan penegakan hukum terhadap jaringan Ansor Daulat yang ada di wilayah NTB. Ansor Daulat merupakan jaringan yang kiblatnya kepada ISIS dan rata-rata anggotanya adalah anak-anak muda berkisar umur 15-30 tahun dan berpusat di Lombok.
“Proses penegakan hukum yang kami laksanakan kemarin sangat berat dalam pengambilan keputusan akhir karena para pelaku adalah oknum PNS dan mahasiswa, namun kami harus terpaksa melakukan itu karena kalau kami tidak melakukan penegakan hukum, maka akan ada kejadian terror yang akan memakan korban masyarakat dan aparatur. Dari penegak hukum tersebut kami sudah bisa mencegah terjadinya tindak pidana terror, di antaranya adalah ada upaya perencanaan untuk melakukan penyerangan terhadap salah satu pos polisi, perencanaan untuk melakukan perampokan, dan perencanaan untuk melakukan penyerangan terhadap salah satu tempat ibadah di wilayah Mataram, sehingga dalam ancamannya adalah nyata dan sudah ada perencanaan dan persiapan, maka kami harus melakukan penegak hukum,” tuturnya.
Bogiek Sugiyarto memberikan harapannya dalam kegiatan ini bisa menjadi media saling menukar informasi dan mendapatkan suatu informasi terkait dengan perkembangan radikalisme di Indonesia khususnya di wilayah NTB.
Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan sinergitas di kalangan generasi muda guna mencegah penyebaran paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme, serta setelahnya akan diadakan kegiatan berkelanjutan yang kembali di inisiasikan oleh Unram dan Densus 88 AT.