Mataram, Universitas Mataram – Universitas Mataram (Unram) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Bioenergy Goes to Campus (BGTC) Chapter-17 bertempat di Scientific Lecture Hall Unram pada hari Rabu (30/11). Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini.
“Kita bersyukur bahwa kita terus diberikan semangat dan kekuatan untuk terus mengabdi kepada nusa dan bangsa, syukur kita pula hari ini adalah kita kedatangan tim yang tentunya nanti akan kita dengarkan presentasinya, kita akan banyak sekali mendapat masukan tentang bagaimana energi masa depan,” tutur Rektor Unram.
Prof. Bambang juga menyampaikan tentang pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi saat ini.
“Akhir-akhir ini kita merasakan perubahan iklim di mana terjadi pergeseran musim, musim hujan bergeser di daerah tertentu ditandai dengan intensitas hujannya bertambah dan ada juga daerah yang intensitas hujannya berkurang. Kadang kita merasakan hujan di bulan Agustus kadang di bulan September. Semasa kami kecil dulu, biasanya hujan terjadi di bulan Oktober, jarang sekali kami merasakan hujan terjadi di bulan Juli, Agustus maupun September. Kita kemudian bertanya apa yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, badai, angin kencang yang kita rasakan saat ini. Ini semua disebabkan karena terjadinya pemanasan global,” papar Prof. Bambang.
Lebih lanjut Prof. Bambang menjelaskan setidaknya ada tiga gas biasa disebut greenhouse gasses, yaitu karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dan nitrogen dioksida (N20) yang berkontribusi dalam pemanasan global. Karbon dioksida dihasilkan oleh pembakaran kendaraan, pabrik-pabrik yang kemudian keluar ke atmosfer dan menyelimuti bumi. Gas methane dihasilkan dari pembakaran sampah, penggunaan pupuk dan ada pula yang berasal dari ternak. Gas-gas ini akan terkumpul di atmosfer dan saat cahaya matahari masuk menembus atmosfer bumi dan memanaskan bumi, kemudian panas yang diakumulasi karena masuknya cahaya matahari akan terpantul keluar dan meninggalkan atmosfer. Adanya greenhouse gasses, panas yang ada tertahan dan terpantul kembali ke bumi, inilah yang biasa kita sebut sebagai fenomena rumah kaca.
Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan perbedaan tekanan. Peningkatan perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya angin kencang. Peningkatan perubahan suhu juga menyebabkan peningkatan penguapan sehingga menyebabkan terjadinya hujan turun lebih deras. Hal-hal inilah yang menjadi penyebab perubahan ilkim saat ini.
Di samping itu, Prof. Bambang menceritakan sedikit pengalamannya semasa bermukim di New Zealand.
“Berbicara tentang renewable energy, salah satunya bioenergi. Renewable energy merupakan energi yang berasal dari energi angin, energi matahari, energi air, dan juga energi biomassa (bioenergi). Saya lama tinggal di New Zealand, di sana banyak sekali wind farms, karena kecepatan angin di New Zealand relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia karena dekat dengan kutub selatan. Ada pula hydroelectricity yang salah satunya ada di sungai Waikato yang merupakan sungai terpanjang di New Zealand berkali-kali dibendung dengan total 9 hydro station yang menghasilkan sekitar 10% listrik di New Zealand yang berasal dari energi air,” paparnya.
Prof. Bambang lebih lanjut menjelaskan bioenergi sebenarnya adalah upaya mengurangi greenhouse gasses yang menyelimuti atmosfer, dapat dilakukan dengan penanaman pohon. Proses fotosintesis merubah senyawa air dan karbon dioksida dibantu cahaya matahari untuk diubah menjadi senyawa glukosa dan oksigen, menjadi biomasa dan menjadi bioenergi. Bioenergi didorong dengan tujuan mengurangi CO2 sehingga dapat mengurangi greenhouse gasses yang ada di atmosfer. Di samping dimanfaatkan sebagai biofuel, bioenergi dapat diubah menjadi biochar. Biochar merupakan biomaterial yang diperkaya karbon yang dihasilkan dari pembakaran biomassa melalui proses yang disebut pirolisis. Pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon cair, cairan berupa camputan tar dan beberapa zat lainya, dan akan menghasilkan sitrat yang sulit terurai menajadi CO2 bila berupa biochar. Konsep tersebut merupakan salah satu mitigasi perubahan iklim, mengurangi dampak pemanasan global, dan memanfaatkan bioenergi.
“Unram memiliki proyek yang diberi nama Unram beef, special Bali beef. Poryek ini sudah menghasilkan daging berkualitas tinggi yang dapat menggantikan daging import yang berasal dari Australia dan New Zealand. Daging ini berasal dari sapi bali yang diberi pakan lamtoro tarramba. Lamtoro tarramba menghasilkan daun dengan kadar proteinnya mencapai 25%, kemudian biomassa yang dihasilkan dari batang misalnya dapat digunakan sebagai bahan pencampur batu bara yang sudah ada pabriknya di PLTU Jeranjang maupun yang ada di Sumbawa. Ini dapat menjadi solusi untuk menyuplai bioenergi PLTU Jeranjang dan solusi untuk meningkatan kesejahteraan peternak maupun petani kita. kami juga memiliki gedung-gedung dengan puncak rata yang sudah kami ajukan ke Kementerian ESDM untuk dapat dimanfaatkan untuk instalasi panel surya, sehingga Unram selain dapat mengehemat 1/5 dari total kebutihan listriknya sekaligus bisa dijadikan sebagai tempat belajar mengenai pengelolaan energi matahari menjadi energi listrik, menjadi contoh pengimplementasian listrik tenaga surya sekaligus mendorong pemerintah,” ungkapnya.
Prof. Bambang menyampaikan harapan agar Unram dapat selalu menjadi contoh sebagai lokasi pengembangan teknologi mutakhir dan bermanfaat yang dapat diberikan kepada bangsa dan negara. Unram juga terus mendorong dosen-dosen fakultas teknik untuk membuat pompa sumur dalam yang dapat diterapkan di lahan kering sehingga dapat menumbuhkan lahan marginal yang ada sehingga dapat ditanam dua hingga tiga kali setahun. Prof. Bambang berharap sambutannya dapat menggugah mahasiswa untuk terus menggali ilmu pengetahuan dan teknologi, menemukan inovasi baru serta menerapkan ilmu sehingga dapat terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat menuju adil makmur dan berdarkan Pancasila.
Edi Wibowo, S.T., M.T. selaku Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada Unram atas terjalinnya kerja sama yang baik, sehingga kegiatan BGTC chapter-17 dapat terlaksana dengan baik dan sebagai bagian dalam rangka inseminasi dan informasi terkait program regulasi dan implementasi pengembangan bioenergi di Indonesia kepada stakeholder khususnya civitas akademika.
Edi menyebutkan bahwa BGTC merupakan bentuk sinergi EBTKE dengan civitas akademika dalam hal pengembangan energi baru dan terbarukan.
“BGTC ini merupakan bentuk sinergi atas pelaksanaan kebijakan program kepada civitas akademika yang diharapkan dapat menjadi wadah edukasi dalam pengembangan energi baru terbarukan khususnya pada sektor bioenergi. kami juga berharap ini juga menjadi bentuk dukungan civitas akademika dalam pelaksanaan pengembangan industri bioenergy dan tercipta sumber daya manusia yang profesional dan terciptanya inovasi dan riset yang berkelanjutan,” tuturnya.
Lebih lanjut Edi menjelaskan bahwa Perubahan iklim menjadi tantangan global yang dihadapi umat manusia, meningkatnya emisi rumah kaca, ketergantungan manusia pada sumber bahan bakar fosil telah menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan. Dalam upaya mengatasi perubahan iklim, energi terbarukan muncul sebagai solusi. Upaya penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia mendukung ketahanan energi dan kemandirian energi di tengah tingginya konsumsi energi di dalam negeri dari sumber energi belum sustainanble. Transisi energi melalui pemanfaatan energi baru terbarukan menjadi salah satu program prioritas nasional.
“Pemanfaatan dan pengembangan EBT dalam sektor bioenergi menjadi salah saru bagian dari fokus pemerintah. kita tau bionergi merupakan salah satu energi terbarukan yang agak spesifik bila dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya seperti energi air, surya yang sangat tergantung pada kondisi alam. Energi air yang tergantung dengan musim, energi surya yang tergantung pada sinar matarahari., sedangkan bioenergi tergantung pada kita. Bila bisa diusahakan, maka akan sustain selamanya. Bioenergi sendiri ada beberapa jenis yaitu ada bahan bakar nabati berupa biodiesel, bioetanol dan bio-oil dan nanti narasumber dari APROBI akan membahas terkait biodiesel. Pemerintah juga terus mendorong pelaksanaan Program Cofiring dalam perencanaan ketenagalistrikan untuk pembangkit listrik tenaga batubara,” jelasnya.
Edi menyampaikan bahwa pengembangan bioenergi merupakan komitmen kita bersama untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pelaksanaan setiap program pasti menghadapi tantangan, isu-isu yang dihadapi yaitu keberlanjutan bahan baku, teknologi, ketersediaan pendanaan, infrastruktur, dan kompetensi sumber daya. BGTC menjadi wadah persiapan ESDM sebagai upaya membangun kesadaran universitas untuk pengembangan keberlanjutan ke depannya.
EBTKE mengajak seluruh elemen yang ada, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga, badan usaha, pemangku kepertingan terkait, media dan juga civitas akademika untuk mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan, bersama-sama mencari solusi dan dapat menjawab tantangan masa depan, terkhusus kepada Unram dapat muncul ide dan inovasi pengembangan energi baru dan terbarukan. Apresiasi yang besar disampaikan atas terjalinnya hubungan yang baik dengan civitas akademik dan stakeholder lainnya yang terlibat dalam pengembangan dan penguatan bio energi.
Bioenergy Goes to Campus Chapter-17 menghadirkan lima keynote speaker, yaitu Trois Dilisusendi, S.T., M.T. Analis Kebijakan Ahli Madya selaku Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi dengan materi Kebijakan Pengembangan Bioenergi di Indonesia; Tri Rachmanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Kepala Laboratorium Komputer dan Simulasi Unram dengan materi Bioetanol dari Sorghum Manis sebagai Sumber Energi Alternatif Masa Depan; Rahayu Dwi Mampuni, S.Kom selaku Sekretariat Assosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dengan materi Potensi dan Implementasi Pengembangan Biodiesel di Indonesia; Janter Naibaho selaku Technician Bioenergy PT. PLN (persero) dengan materi Implementasi Pengembangan Pembangkit Listrik Berbasis Bioenergi dan Program Cofiring di PLN; Dr. Ichsan selaku General Manager Renewable Energy PT. KALTIMEX ENERGY dengan materi Pengembangan Compressed Biomethane Gas (CBG) dari Tongkol Jagung di NTB; dan bertindak selaku moderator yaitu Hendry Sakke Tira, ST., MT., Ph.D. Kepala Laboratorium Energi Baru dan Terbarukan Fakultas Teknik Unram.